Mari Bersama Hapuskan Stigma dan Diskriminasi Kusta

Tanggal 12 April kemarin, saya mengikuti acara keren yang disiarkan oleh Ruang Publik KBR dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Sedunia tanggal 7 April 2022 dengan tema acara “Hapuskan Stigma dan Diskriminasi Kusta”.

Sebagai orang awam soal kusta, karena acara ini saya mendapatkan ilmu dan informasi baru seputar kusta yang ternyata penyakit kusta masih menjadi isu yang luput dari perhatian masyarakat. Masih banyak yang tidak menyadari bahwa, kusta masih ada di sekitar kita. 

Dan yang menambah rasa kaget saya adalah, saat ini Indonesia tetap menempati urutan ketiga sebagai penyumbang kasus kusta baru dengan 17.000 kasus per tahun. 

Nah, sama dengan tahun lalu. bertepatan dengan Hari Kesehatan Sedunia ini, #RuangPublikKBR kembali mengajak masyarakat untuk selalu mengingat dan waspada bagaimana mengatasi kusta dalam sebuah forum diskusi yang dikemas secara online.

Ada dua narasumber dalam acara ini yaitu: 

  • Dr. dr. Flora Ramona Sigit Prakoeswa, Sp.KK, M.Kes, Dipl-STD HIV FINSDV - Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI)
  • R Wisnu Saputra, S.H., S.I.Kom - Jurnalis/Ketua Bidang Organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kab. Bandung

Dalam materinya, dr. Flora menyampaikan beberapa hal seputar kusta, yang ternyata kusta adalah penyakit menular yang paling tidak menular. Iya, benar. Meskipun menular, namun kusta paling tidak menular artinya penularan kusta terjadi melalui kontak erat dengan penderita kusta yang belum diobati dalam jangka waktu yang lama. Begini pemaparan yang disampaikan dr. Flora:

"Kusta bisa menular apabila kontak erat dengan penderita kusta yang belum diobati. Ya, kurang lebih jika kontak eratnya selama 5 tahun. Jika penderita kusta sudah berobat, ya tidak menular"

Selain itu, penyakit kusta juga pasti bisa disembuhkan. Jika respon imun masih baik, penderita kusta dapat sembuh dalam waktu 6-9 bulan. Jika respon imunnya sudah tidak baik, tetap bisa sembuh dalam waktu sekitar 2 tahun, dengan catatan pengobatannya teratur dan sampai tuntas. 

Penderita kusta jika sudah minum obat, sudah tidak menjadi sumber penularan. Bahkan obatnya bisa didapatkan secara gratis di Puskesmas seluruh Indonesia. 

Oh iya, sama satu lagi yang penting juga diketahui adalah, sampai saat ini belum ditemukan penelitian mengenai penularan kusta ke janin pada ibu hamil.

Baca Juga : Kusta; Pengertian, Gejala dan Bagaimana Cara Mencegahnya?

Selain informasi lengkap soal kusta, ada juga Pak Wisnu pemateri kedua yang menyampaikan informasi bagaimana media dapat memberi edukasi tentang kusta kepada masyarakat luas.

Sampai saat ini masih banyak stigma dan diskriminasi terhadap penderita kusta yang terjadi di masyarakat. Hal ini bisa terjadi karena minimnya pemberitaan di media. Oleh karena itu, Pak Wisnu memaparkan agar kita menyampaikan informasi yang penekanannya kepada isu-isu kesehatan terutama fokus kepada penyandang disabilitas kusta.

Selain itu, masyarakat juga harus peduli dengan informasi yang beredar. Jangan sampai mendapatkan informasi yang salah tentang kusta, yang akhirnya mengakibatkan diskriminasi terhadap penderita kusta. 

"Masyarakat awam biasanya dapat informasi dari mulut ke mulut. Jadi harus cari info yang valid dulu sebelum di share", Bagini yang disampaikan Pak Wisnu.

Mengapa Kolaborasi Pentahelix Lintas Sektor Penting Dilakukan?

Kesehatan masyarakat adalah tanggung jawab bersama dan sangat menyeluruh. Kesehatan tidak hanya meliputi kesehatan fisik, namun juga mental, sosial dan spiritual. 

Oleh karena itu diperlukan kolaborasi Pentahelix dari berbagai pihak lintas sektor. Seperti yang sudah dilakukan KBR untuk memberikan informasi yang benar tentang kusta kepada masyarakat melalui siarannya, yang menghadirkan dr. Flora dan Pak Wisnu sebagai pemateri. 

JANGAN LUPA, BAGIKAN TULISAN INI
TULISAN MENARIK LAINNYA

1 Komentar untuk Tulisan
"Mari Bersama Hapuskan Stigma dan Diskriminasi Kusta"

  1. Nah, bener banget stigma negatif kita tentang kusta semakin membuat penderitanya terkucilkan. Padahal kusta tidak menular dan mereka memiliki hak yang sama dengan kita, oleh karena itu perlu menghapus pikiran negatif seperti itu.

    BalasHapus