Saya Bangga Menjadi Ayah


Sudah sebulan setengah saya menjadi ayah dari seorang putri cantik bernama Nurma. Banyak hal yang telah saya alami dengan status baru, orang tua. Jika sebelumnya lebih banyak waktu santai, berbeda dengan sekarang. Sebagian besar tugas istri saya ambil alih. Mulai dari beresin rumah, nyuci baju sampai berbelanja kepasar. Tetapi meski demikian, saya bangga menjadi ayah. Saya bangga dipanggil ayah..

Ayah adalah panggilan yang membuat saya menoleh meski itu bukan nama saya. Dari panggilan itu saya yakin dan percaya, bahwa saya ada yang memiliki, saya harus mengerti bahwa saya tidak lagi memikirkan diri sendiri. Kata ayah juga media bagi saya untuk memasuki dunia baru, dunia orang tua. Ya, tak terasa saya sudah tua.. :)

Sebagai orang tua, saya harus lebih cermat lagi dalam mengambil sikap, pilihan dan keputusan. Tanggung jawab besar telah melekat pada diri saya untuk mendidik dan membimbing seluruh keluarga agar menjadi keluarga surgawi,  agar saya tidak gagal menjadi ayah dan agar saya merasa bahwa saya telah melakukan sesuatu!

Saya bangga dipanggil ayah dan saya akan selalu bangga telah menjadi ayah, meski harus banyak yang dikorbankan. Saya bangga menjadi bagian keluarga, meski harus kedinginan saat pagi buta karena mencuci baju disungai, meski harus berdesakan dengan ibu-ibu saat berbelanja dipasar, meski harus kehilangan banyak waktu untuk santai bersama teman. Karena saya tahu betul, ini baru permulaan, awal dari sebuah langkah panjang. Apa dan bagaimanapun keadaannya, saya tetap bangga!

Kata sebagian orang - dulu sebelum saya menikah dan belum punya anak - menjadi orang tua apalagi ayah itu tidak mudah, selalu penuh dengan masalah. Tetapi ketika saya telah sampai pada masa itu, saya merasakannya sendiri. Memang tidak mudah, tetapi selalu ada jalan yang membuatnya mudah.
Contoh kecil saja, saat kami berencana untuk mengadakan tasaykuran (aqiqah). Kami merencanakan acaranya sederhana dan hanya akan menyembelih satu kambing. Sebagai 'pemain baru' dan tanpa bapak mertua sebagai panutan, saya sempat bingung untuk melaksanakan acara ini. Tapi seperti yang saya bilang, selalu ada jalan untuk membuatnya mudah. Masalah materi, tanpa disangka saya dapat tunjangan dari sekolah yang hampir 80% cukup untuk membiayai acara kami. Masalah panutan, tak pernah saya sangka sebelumnya, jika saudara-saudara istri kompak membantu melancarkan acara kami. Menjadi ayah memang tidak mudah, tapi selalu ada jalan yang akan membuatnya mudah! Tak salah rasanya jika saya bangga menjadi ayah..

Selain itu, saya juga bangga menjadi ayah yang sering mengalah. Saya yakin keadaan ini juga dialami oleh sebagian besar para ayah. Karena mengalah bukan berarti salah, apalagi kalah. Motivasi dan inspirasi ini saya dapatkan dari kepala sekolah. Beliau berpesan, jika sedang berbeda pendapat dengan istri tertama saat masa-masa baru melahirkan, mengalahlah! Karena kamu tidak pernah tahu bagaimana capek dan letihnya. Pintar-pintarlah mengambil hikmah dan manfaat dari keadaan itu.
Dan memang benar, perselisihan kecil antara kami sering terjadi saat kami telah resmi menjadi orang tua. Banyak faktor yang menjadi pemicunya. Yang paling sering sih, karena unsur capek dan letih. Bermodal pesan pimpinan, akhirnya saya sering merasa kangen pada istri. Apalagi saat sedang tidak dirumah. Inilah hikmah dan manfaat yang bisa saya ambil.
Adakah yang lain? Banyak!
Penasaran? Berbanggalah menjadi ayah!

Salam hangat dari Bondowoso..
JANGAN LUPA, BAGIKAN TULISAN INI
TULISAN MENARIK LAINNYA

4 Komentar untuk Tulisan
"Saya Bangga Menjadi Ayah"

  1. selamat..semoga selalu jadi ayah yang baik..dan selalu diberkahi rezekinya... aamiin

    BalasHapus
  2. Pun saya bangga mjd seorang ibu...dari situ saya bisa tahu perjuangan ibu spt apa...

    BalasHapus
  3. BArakallah, selamat ya sudah jadi ayah

    BalasHapus