Kebahagiaan Hari Raya Idul Fitri yang Selalu Bertambah bagi Kami Keluarga Kopiah Putih

Assalamualaikum..
Sudah dapat berapa ucapan selamat hari raya idul fitri tahun ini? Saya nambah satu, ya! Tidak panjang kok. Tidak berkedip-kedip apalagi penuh dengan emoticon. Sekalian juga ada sedikit cerita yang ingin saya sampaikan. Ya, kali aja ada yang bisa memetik manfaat.


Selamat hari raya idul fitri 1439, pembaca setia Kopiah Putih. Minal ‘aidzin wal faizin, mohon maaf lahir batin. Semoga kita akan bertemu dengan ramadan lagi tahun depan plus kita bisa bermaaf-maafan lagi di hari yang fitri ini. Amin..

Bagaimana cerita hari raya idul fitri tahun ini? Masih sama dengan tahun lalu? Jawaban ketika ditanya kapan nikah, sudah berubah, kan? Atau kebahagiaan dihari fitri ini bertambah seperti halnya kami disini? Apapun cerita hari raya idul fitri-mu, jangan lupa untuk bersyukur dan menikmatinya, ya..
Baca Juga : 7 Tradisi Saat Hari Raya Idul Fitri Di Indonesia
Sejak menikah, bagi kami hari raya idul fitri selalu memiliki cerita bahagia tersendiri dan pasti setiap tahunnya kebahagiaan yang kami rasakan akan semakin bertambah. Sederhana memang, tapi karena kami selalu menikmati dan tidak lupa bersyukur, jadi semuanya jadi indah dan membahagiakan, hehehe.

Tahun pertama menikah, kami merayakan idul fitri di Wringin Bodowoso, tanah kelahiran istri. Tahun ini adalah pertama kalinya saya berhari raya bukan di kampung halaman sendiri. Meski tidak pulang kampung, tahun pertama ini menjadi hari raya yang sangat membahagiakan bagi kami, istri sedang hamil muda anak pertama. Dan ini yang menjadi alasan utama kami tidak merayakan idul fitri di kampung halaman.

Tetapi, meski begitu, jangan dibayangkan bagaimana kami sangat bahagia merayakan idul fitri tahun pertama setelah menikah ini! Selain itu, saya, yang termasuk anggota baru dalam keluarga besar istri sangat bahagia bisa bersilaturrahmi dengan banyak keluarga dan orang baru. Dua kebahagiaan yang tidak ternilai harganya kami rasakan pada hari raya idul fitri tahun pertama setelah menikah.

Tahun kedua, alhamdulillah kami bisa pulang kampung dan merayakan idul fitri di Pamekasan, Madura. Tahun kedua ini kami juga merasakan dua bahagia, berhari raya di kampung halaman plus bisa membawa ‘oleh-oleh istimewa’ untuk kedua orang tua, seorang cucu perempuan yang lucu. Pada hari raya kedua ini, Nurma berumur 6 bulan. Jangan dibayangkan bagaimana lucunya Nurma waktu itu!

Hari raya tahun ketiga, kebahagiaan yang kami rasakan juga semakin bertambah. Berhari raya di kampung halaman, membawa ‘oleh-oleh istimewa’ yang semakin lucu, lebih memiliki banyak waktu bersilaturrahmi dan kebahagiaan lainnya. Ya, pada idul fitri tahun ketiga ini Nurma tepat berumur 18 bulan. Bagi yang pernah memiliki anak pada usia ini, pasti tahu bagaimana lucu-lucunya si kecil.

Saat idul fitri tahun ketiga ini, Nurma memang belum bisa berjalan, yang dia bisa hanya ngoceh plus belajar berjalan. Tetapi yang semakin membuat kami bahagia adalah, ngoceh-nya yang tidak pernah habis! Sampai-sampai mbah uti dan mbah kakungnya bingung mau jawab pertanyaan yang mereka tidak mengerti apa maksudnya, hahaha.

Selain itu, pada tahun ketiga ini, Nurma sudah bisa ditinggal oleh saya dan istri. Dia cepat bisa berinteraksi dengan orang-orang dan lingkungan sekitarnya. Jadi, saya dan istri semakin banyak memiliki waktu untuk bersilaturrahmi dengan keluarga, saudara, sahabat, teman dan semuanya. Dan, yang juga tidak kalah membahagiakan, saya dan istri juga semakin banyak memiliki waktu untuk beristirahat. Sehari bisa tidur siang dua kali! Bagaimana tidak bahagia coba? Me time banget! Hahaha

Tahun ini, adalah tahun keempat kami merayakan idul fitri setelah menikah. Dan masih sama dengan dua tahun sebelumnya, merayakan hari raya di kampung halaman bersama keluarga Kopiah Putih yang semakin bahagia.

Lima hari setelah kami berada dikampung ini, kesimpulan yang diberikan istri adalah:
“Tambah banyak waktu untuk me time!
“Hahaha..”
“Ini mau mudik apa mau me time, sih?
“Kalau bisa dua-duanya, kan lebih enak!” Begitu katanya.

Tapi dibalik me time seperti yang istri simpulkan, ada banyak kebahagiaan lain yang tidak kalah penting untuk kami syukuri dan nikmati. Nurma terus sehat, semakin pintar dan tahun ini dia sudah bisa berjalan. Jadi, tidak salah jika sebelum hari raya, istri sudah menyimpulkan kami di kampung semakin banyak memiliki waktu untuk me time, hahaha.

Ya, tahun ini Nurma sudah semakin mudah untuk berinteraksi dengan siapapun. Jadi, dia lebih banyak bersama mbah uti, mbah kakung, budhe dan keluarga lainnya. Jadi, kami bisa lebih banyak memiliki waktu berduaan, eh bukan! Kami lebih banyak memiliki waktu untuk bersilaturrahim. Hehehe

Ah, begitu aja bahagia! Lebay ah, keluarga elo!
Hahaha.. Ada ya, yang menganggap cerita ini lebay? Jika ada, berarti kami harus lebih banyak lagi bersyukur, agar kebahagiaan kami semakin bertambah.

Oke, cukup begitu aja cerita bahagia idul fitri kami yang terus bertambah setiap tahunnya. Jika ada yang nyinyir dan bilang lebay, ya tidak masalah. Ini cerita kami, blog saya dan saya juga sudah lama tidak curhat. Jadi, sekalian ini ungkapan syukur plus sebagai booster semangat menulis.

Apa cerita bahagia hari raya idul fitri kamu? Ingat! Jangan lupa bersyukur dan nikmati.

Salam bahagia dari kampung di Pamekasan. Selamat berhari raya idul fitri.

Wassalamualaikum..
JANGAN LUPA, BAGIKAN TULISAN INI
TULISAN MENARIK LAINNYA

2 Komentar untuk Tulisan
"Kebahagiaan Hari Raya Idul Fitri yang Selalu Bertambah bagi Kami Keluarga Kopiah Putih"

  1. Selamat idul fitri Mas Rosyid, mohon maaf lahir dan batin

    BalasHapus
  2. sehat selalu untuk keluarga mas rosyid...
    mohon maaf lahir dan batin

    BalasHapus