Maaf Bapak.. Saya Tidak Sengaja

Gambar asli dari sini..
Seperti tahun-tahun sebelumnya, perayaan idul fitri tahun lalu, saya rayakan bersama dengan keluarga di rumah. Hari pertama kami lalui dengan bersilaturrahmi kepada sanak saudara, dilanjutkan dengan hari kedua, saya dengan teman-teman pergi ke salah satu tempat wisata, yaitu Pantai Camplong.

Nah, berhubung rumah kami berjauhan, maka disepakati untuk bertemu langsung di tempat tujuan pada jam 10.00 pagi. Kebetulan rumah saya yang paling dekat dengan Pantai Camplong, maka saya sampai lebih awal.

Saat sampai di tempat, saya rada kecewa, ternyata tak ada satu pun teman yang saya jumpai disana. Padahal ada sekitar delapan orang yang sepakat untuk ikut.

Selesai bayar tiket masuk, saya mencari tempat berteduh untuk sekedar menghilangkan rasa capek dan kecewa sambil mencoba menghubungi teman-teman. Saya langsung menuju kursi panjang yang kayaknya nyaman untuk berteduh karena kursi itu ada dibawah pohon yang rindang. Tapi disana memang sudah ada seorang bapak paruh baya yang sedang asyik duduk dengan menikmati makanannya. Saya menghampiri bapak itu, dan izin untuk duduk disampingnya.

"Pak, saya duduk disini ya.."
Si Bapak menjawab dengan anggukan, karena beliau sedang mengunyah makanan seraya bergeser memberi tempat duduk kepada saya.
Dengan senyum manis saya menyampaikan terimakasih dan langsung duduk. "Terimakasih pak.."
 
"Glek..glek...glek..glek..."
Dari saking hausnya, air mineral dingin 600ML hampir habis saya minum. Untung pas sebelum berangkat tadi sempat beli minuman. "Alhamdulillah..."

"Dari mana pak?"
Setelah saya mengirim SMS kepada teman-teman, Saya memulai obrolan dengan si bapak yang ternyata datang dari kota bersama keluarganya. Dia sedang menunggu istri dan anak-anaknya naik perahu ke tengah laut. Menurut ceritanya, si bapak pasti pusing dan muntah jika naik perahu, makanya ia memilih untuk menunggu di daratan.

"15 menit lagi kita sampai" Begitu balasan SMS dari Cak Mad.
"Cepetan..!" 
Singkat saja saya balas SMS itu, tanpa peduli dia berangkat dengan siapa, karena sudah hampir tiga puluh menit-an saya menunggu. Sementara obrolan saya dengan si bapak sudah semakin jauh. Sampai cerita tentang pondok tempat saya nyantri pun juga masuk dalam obrolan itu. Si bapak ini ternyata orang baik, dia banyak bercerita pengalaman-pengalamannya yang ternyata beliau bekerja pada perusahaan swasta di Surabaya. Oh iya, pas ngobrol-ngobrol itu, saya sambil menikmati makanan gratis lho, dikasih si bapak ini. Makanya saya bilang baik.. Hehehe 

"Kita kejebak macet di Bandaran, kamu dimana?" Saya terima SMS dari Uki.
"Saya sudah nyampe dari tadi, cepetan..!"

Selesai saya kirim SMS itu, saya menerima panggilan dari Huda. Saya izin sama si bapak untuk mengangkat telepon. Baru sebentar saya ngobrol dengan Huda, ternyata Cak Mad, Adnan, Dhofir dan Karno sudah terlihat dipintu masuk. Khawatir mereka tak melihat saya, maka dengan spontan saya berdiri dan berlari kecil untuk memanggilnya.

Baru sekitar beberapa langkah saya beranjak dari kursi panjang itu, terdengar suara keras dari belakang.
"Gubrakkkkkk...."

Saya kaget dan langsung menoleh mencari bunyi keras itu.
Ya Allah... Ternyata si bapak tadi jatuh terjengkang karena kusi yang didudukinya njomplang. Kepala di bawah dan kaki di atas dan semua makanannya berhamburan kemana-mana, sementara [maaf] yang di mulutnya juga menyembur semua.

Saya kaget melihatnya, saya menghampiri bapak itu dan membantu membangunkannya serta merapikan makanan yang berhamburan. Saya meminta maaf kepada bapak itu, memohon-mohon malah. Saya merasa bersalah sekali, merasa geli, ingin ketawa dan semuanya bercampur menjadi satu. Tapi si bapak itu bukan marah, eh cuma senyum-senyum seraya berkata, "Sudah gak apa-apa, itu teman kamu sudah datang, sana jemput. Bapak baik-baik aja.. Sudah biarkan makanannya, nanti bisa beli lagi."

Saya memaksakan diri untuk membereskan semuanya, tapi si bapak tetap ngotot menyuruh saya untuk menemui Cak Mad dkk. Saya tidak peduli dengan teman-teman itu. Saya tetap bersikukuh untuk meminta maaf kepada si bapak. Entah karena malu, sakit atau apa, belum selesai saya meminta maaf si bapak itu malah pamit dan pergi meninggalkan saya seorang diri..

Saya tak berdaya, saya kembali duduk di kursi sambil memikirkan kejadian barusan.. Kejadian yang semestinya tak terjadi.
Lama sekali saya memikirkan kejadian itu, hingga akhirnya saya memutuskan untuk pulang. Tak peduli Cak Mad, Adnan, Dhofir, Karno, Uki, Huda dan semuanya..

Maafkan saya bapak.. Saya tidak Sengaja..

Tulisan ini Diikutkan dalam "The Silly Moment Giveaway" Nunu el Fasa dan HM Zwan
JANGAN LUPA, BAGIKAN TULISAN INI
TULISAN MENARIK LAINNYA

10 Komentar untuk Tulisan
"Maaf Bapak.. Saya Tidak Sengaja"

  1. ya ampun... kasihan banget bpknya... hehe... bisa dibayangkan kerasa bersalahnya.
    Semoga sukses GAnya... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak.. Kasihan sekali. Pokoknya jangan dibayangkan ya.. Gak enak sekali.. :(

      Terimakasih mbka..

      Hapus
  2. Waaah.. kebayang gimana rasanya itu.. untung bapak itu sabar, tapi pasti bapak itu malu juga yaa.. ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya itu mas..
      Silahkan bayangkan sendiri. Haha

      Hapus
  3. Itu apa krn kursinya njomplang ya, Mas.
    Pasti Mas Kop menahan tawa, ya.


    Met menjalankan ibadah puasa ramadhan ya, Mas Kop. Semoga kita semua tergolong orang yang bertaqwa.

    BalasHapus
  4. kasihan banget bapaknya,,,nggak kebayang deh beliau menahan malu,,,makanannya juga terbuang,,, :(

    BalasHapus
  5. Hebat bapak itu ya.. Berusaha nahan marah dan mencoba buat mengerti.. ^^

    BalasHapus
  6. Waduuh, bangku duduknya gak kuat nahan beban yah, timpang sebelah. kasihan juga beliau, mas. tapi salut, beliau penyabar orangnya dan pengertian :)

    BalasHapus
  7. pengalaman ya kalau duduk dkursi panjang harus hati2 kalau mau berdiri

    BalasHapus